[Kisah] Sebuah keputusan besar –part 2: Sebuah harapan dari negeri sakura

2. Bertemu dengan professor dari Jepang

Di tengah proses saya belajar berbahsa inggris, saya juga belajar untuk bisa lebih percaya diri dalam berkomunikasi. Dengan kemampuan bahasa innggris saya yang paspasan, bisa dibilang saat itu saya ‘nekat’ untuk mendatangi seminar internasional dari salah seorang professor fisika, Osaka Univ, prof. Y.Nozue. Seminar internasional ini diselenggarakan oleh departemen Fisika, FMIPA ITB, yang memang rutin menyelenggarakan seminar internasional secara bergilir dengan jurusan science di departemen FMIPA yang lainnya. Hal yang menarik saya untuk mendatangi seminar ini adalah materi presentasi yang memiliki objek penelitian yang sama dengan tema TA yang saya lakukan, yaitu Zeolit.

Seusai seminar, saya mencoba berdiskusi mengenai TA dan juga peluang untuk bisa bersekolah di Jepang. Beliau sangat ramah dan banyak membantu saya dalam memberikan informasi yang saya butuhkan. Beliaupun menindaklanjuti minat saya untuk bisa meneruskan ke jenjang master beberapa minggu sebelum saya lulus dari ITB. Beliau segera meminta saya untuk menuliskan  field yang ingin saya pelajari di Jepang.  Sayangnya tawaran beliau tidak segera saya tanggapi. Lagi, masalah percaya diri dan kemampuan berbahasa saya yang masih sangat terbatas membuat saya tidak pernah menghubungi beliau kembali. Minat saya yang masih besar terhadap Australia saat itu juga menjadi salah satu alasan mengapa saya tidak menindaklanjuti peluang tersbut.

Namun, Allah berkata lain. Di suatu sore, salah seorang dosen saya, bapak. Bambang, menyapa saya “ Anna, remember prof. Y.Nozue?. He has been waiting for your mail. “ rupanya beliau mengikuti seminar yang sama dengan saya kala itu dan mengenali saya sebagai salah satu mahasiswa Kimia. Sejujurnya saya merasa  sangat terkejut, ternyata prof. Nozue tidak berbasa basi mengenai tawarannya untuk membantu saya agar dapat besekolah di Jepang.  Mendapatkan kepercayaan seperti itu di pertemuan pertama kami yang singkat benar benar membuat saya bersyukur atas kemudahan yang Allah berikan. Akhirnya saya menjalani proses, tawaran yang diberikan prof. Nozue, ini dengan lebih serius. Sayapun meminta bantuan kepada teman saya yang memiliki kemampuan bahasa inggris jauh lebih baik untuk memeriksa setiap email yang saya berikan kepada beliau.  Kamipun mulai menjalin komunikasi yang intens lewat Email jelang beberapa minggu sebelum saya berwisuda.

prof. Y.Nozue

Dikarenakan perbedaan field yang cukup signifikan (fisika-kimia), meskipun saya memiliki background sama, yaitu Zeolit, saya tidak serta merta menjadi calon research student beliau. Beliau meminta saya menuliskan field lain yang saya minati.  Hal Proses pencarian supervisor ini berlangung cukup panjang dan dapat memakan waktu berbulan bulan. Biasaya professor akan mengambil student dengan background yang dapat mendukung penelitian yang sedang dilakukannya. Hal inilah yang membuat kita harus melakukan “sedikit research” sebelum memilih seorang advisor.

Setelah kurang lebih 1-2 bulan menunggu, prof. Nozue memperkenalkan saya kepada salah satu koleganya. Prof.K.Onitsuka dan meminta saya untuk menjalani komunikasi yang lebih serius dengan beliau. Kamipun mulai dengan memilih topic penelitian yang saat itu sedang beliau kerjakan di kelompok keahliannya. Beliau memberikan saya banyak literature, termasuk jurnal jurnal yang beliau publish. Informasi itu ditujukan untuk membuat research proposal yang nantinya akan saya gunakan selama melakukan penelitian S2 sebagai research student. Hal ini bukan merupakan perkara yang mudah karena diperluakan basic pengetahuan yang kuat untuk dapat membuat research proposal yang berkualitas.

Sebagai basic, kita harus banyak melakukan studi literature dari jurnal jurnal internasional, text book, ataupun aktif bertanya kepada dosen. Terlebih jika bidang yang akan kita jalani termasuk bidang yang baru  dan kita sendiri belum memiliki pengalaman menganai penelitian yang akan dilakukan seperti topic penelitian yang saya pilih kala itu. Hal ini benar benar menuntut kerja keras dan juga keseriusan. Akses jurnal yang terbatas menjadi kendala tersendiri bagi saya. sayapun penyiasatinya dengan meminta pertolongan kawan saya yang sedang berkuliah di luar negeri untuk membantu saya mengakses jurnal jurnal yang saya butuhkan. Kendala lain yang saya hadapi saat itu adalah masalah pekerjaan. Waktu kerja yang padat dan juga lingkungan yang tidak menunjang suasana akademik, membuat saya kesulitan dalam menyusun research proposal yang disyaratkan. Lagi, meski saya telah merasakan adanya peningkatan, namun kemampuan berbahasa inggris saya masih dibilang sangat standar. Terlebih untuk level academic writing yang memang dibutuhkan dalam menyusun research proposal. Untuk mengatasinya, saya meminta bantuan kawan kawan saya yang memang memiliki kemampuan berbahasa yang lebih baik. Beruntung Allah masih memebrikan jalan dan kemudahan. Alhamdulillah. Reserearch proposal itupun diterima oleh prof. Onitsuka meski dengan beberapa perbaikan.

Ketika Prof.Onitsuka memberikan pernyataan resmi bagi saya untuk menjadi salah satu calon research student di Laboratoriumnya saya menyadari bahwa ini merupakan kesempatan yang besar dan juga tanggungjawab yang besar. Sayapun memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan saya di Jakarta dan lebih fokus untuk membersiapkan research yang akan saya jalani. Hal ini juga saya lakukan agar lebih fokus dalam meningkatkan kemampuan berbahasa saya dan memenuhi salah satu requirements nilai TOEFL diatas 550. Harga yang mahal memang, ketika saya harus memutuskan untuk memilih diantara kuliah dan juga pekerjaan. Disinilah kita harus mengatahui apa yang benar benar kita inginkan dalam hidup. Saat itu saya memutuskan untuk menjadi seorang pengajar dibandingkan dengan kesempatan berkarir di kantoran.

Mengetahui hal yang benar benar kita inginkan akan membantu kita “memfilter” hal hal yang tidak akan menunjang tujuan hidup yang ingin kita capai. Jika kita telah memustuskan hal yang ingin kita capai, selalu mintalah Allah untuk menjadikannya sebagai jalan yang terbaik untuk kian mendekatkan diri kepadaNya. Jika Allah memang meridhai hal tersebut sebagai jalan terbaik untuk kita jalani, maka Dia pun akan menentramkan hati kita dengan syukur dari apapun yang kelak akan ditakdirkanNya.  Satu hal yang ingin saya share adalah apapun keputusan yang kita pilih pada akhirnya, semoga hal tersebut menjadi jalan kita untuk kian mendekatkan diri kepadaNya. Jangan sampai memisahkan doa dan juga ikhtiar yang kita jalani dalam mengapai impian yang kita raih. Percayalah kawan, hal tersebut jauh lebih mententramkan.

Setelah saya resign, sayapun melamar menjadi asisten research untuk penelitian yang dilakukan oleh ibu Ciptati dan pak Veinardi. Saya tidak pernah menyangka sebelumnya bahwa kembali ke dunia perkuliahan setelah beberapa saat bekerja bukanlah perkara yang mudah. Terlebih pekerjaan yang saya jalani sebelumnya tidak memiliki keterkaitan secara langsung  dengan kimia (marketing support) . Meski demikian, tetap banyak hal yang bisa kita pelajari jika memang kita selalu berniat untuk ingin terus belajar. Sayapun banyak belajar ketika menjalani pekerjaan sebagai marketing support di perusahaan salah seorang alumni sukses kimia, Bapak. Syauki Amin.

3. Respon cepat

Dari komunikasi saya dengan kedua professor jepang tersebut, saya bisa merasakan bahwa respon yang mereka berikan sangatlah cepat. Dimata saya mereka adalah orang-orang yang sangat professional. Respon yang mereka berikanpun sangatlah cepat dan langsung memberikan informasi inti yang diperlukan.  Prof. Onitsuka misalnya, dalam memeriksa proposal penelitian yang saya ajukan,  beliau sangat teliti dan banyak memberikan masukan untuk memperbaiki proposal tersebut agar lebih jelas dan terencana. Termasuk mengkoreksi tanda baca, huruf besar kecil, dan juga panduan dalam menulis referensi. Saya mengenal prof. Onitsuka sebagai orang yang langsung to the point dan bisa melihat permasalahan langsung kepada intinya. Email email saya pun tidak perlu menunggung berhari hari untuk mendapatkan respon. Saya bisa mendapatkannya dalam hitungan jam atau 1 x 24 jam. Cepat, tegas, dan langsung ke target. Hubungan yang dijalinpun lebih formal dan professional.

 

Marronnier Briotii from prof.Y.Nozue garden.

Di sisi lain, Prof. Nozue sangatlah ramah. Jika beliau memberikan jawaban dari semua pertanyaan yang saya ajukan, maka jawaban tersebut akan dihadirkan dengan sangat lengkap. Beliau akan menghadirkan link atau file-file yang kita butuhkan sebagai informasi tambahan. Selain itu, saya mengenal prof. Nozue sebagai sosok yang ramah dan juga terbuka. Saya masih ingat beliau mengirimkan foto bunga yang ada dihalaman rumah beliau sebagai ucapan selamat tahun baru kepada setiap kontak yang ada di email beliau, salah satunya saya. Sejujurnya, kehangatan beliau makin membuat saya menghormati beliau sebagai seorang professional yang ramah dan bersahaja. Benar benar menginspirasi.

Mengenali karakter setiap supervisor akan membantu kita untuk bisa lebih baik dalam berkomunikasi. Sebagai tambahan, pelajarilah kultur yang mereka pegang di negara mereka. Hal ini akan membantu kita mengemas komunikasi yang kita jalani menjadi lebih komunikatif dan profesional. Tunjukanlah minat bahwa kita memang sangat ingin belajar. Saya tidak tau dengan supervisor yang lainnnya, namun sepengalaman saya, pekerjaan nyata (penelitian) yang akan kita lakukan baru akan diberikan oleh professor setelah kita sampai di labnya. Disinilah kemauan keras kita untuk belajar hal hal yang baru akan sangat menentukan keberhasilan kita dalam menjalani penelitian.

4. Sebuah proses yang panjang

Selain proposal penelitian, kitapun harus mempersiapkan surat rekomendasi dari dosen, setidaknya dua orang dosen. Rekomendasi ini biasanya memiliki format standar ataupun format yang diminta tersendiri oleh calon supervisor atau instansi tempat kita mengajukan beasiswa. Didalamnya berisi evaluasi singkat mengenai kemampuan akademik dan non akademik yang kita miliki. Oleh karena itu, biasanya form rekomendasi ini diisi (salah satunya) oleh pembimbing TA yang memang telah melakukan proses komunikasi selama kita menjalankan tugas akhir. Pada hakikatnya dokumen ini bersifat rahasia, beberapa institusi bahkan hanya meminta kita memberikan kontak pemberi referensi dan meminta langsung kepada mereka tanpa ada campur tangan dari kita sebagai penghubung.


Untuk mendapatkan rekomendasi ini susah susah gampang, jika kita tidak memiliki hubungan dan komunikasi yang lancer dengan pengajar, maka akan sulit memberikan evaluasi dalam form rekomendasi.  Hal ini dapat mengakibatkan kesalah penilaian dan juga salah merekomendasikan minat atau bakat yang kita miliki. Untuk itu, mulai saat ini, jalinlah komunikasi yang baik dengan para dosen. Hormatilah mereka dan ikutilah perkuliahan mereka dengan sungguh sungguh. Bukan untuk mendapatkan rekomendasi, namun lebih kepada mendapatkan ilmu yang akan membekali kita dalam pengaplikasiannya. Percayalah, jika kita mampu menunjukan semangat belajar yang tinggi, maka rekomendasipun akan mengikuti.

Kira kira berikut proses yang saya lewati ketika menjalani komunikasi dengan supervisor saya di Jepang. Setiap orang mungkin menjalani proses yang berbeda, bergantung dari supervisor yang didapatkan dan juga negara yang dituju.

Meskipun kita telah mendapatkan LOA dari supervisor, hal ini tidak berarti kita telah diterima resmi oleh universitas. Beberapa universitas bahkan memberlakukan tes ulang sebelum mengeluarkan LOA dari universitas tersebut. Maka bisa dibilang, proses ini hanya gambaran umum dari proses yang mungkin di jalani ketika mecari peluang untuk bersekolah di jepang. Hal lain yang harus diperhatikan adalah nilai GPA. Umumnya GPA (IPK) yang diminta harus berniali diatas 3 meskipun tidak mutlak di syaratkan saat mencari supervisor namun sangat dibutuhkan ketika mencari beasiswa. Tidak perlu hawatir jika belum mendapatkan izasah, kita bisa mengantinya dengan surat keterangan sementara yang dikeluarkan oleh jurusan ataupun fakultas.

Meskipun saya telah lebih dahulu diterima di jepang sebagai research student, hal tersebut tidak menjamin bahwa kita akan langsung berangkat kesana. Tidak semua professor akan memberikan beasiswa secara langsung kepada calon mahasiswanya setelah diterima sebagai research student. Setelah saya mendapatkan konfirmasi dari prof. Onitsuka sekitar bulan September-Oktober 2010, saya mulai mencari beasiswa untuk bisa bersekolah di Jepang dan mulai mempelajari bahasa jepang sekitar awal November 2010.  Disaat yang sama, saya pun berusaha lebih serius lagi dalam memperbaiki kemampuan berbahasa inggris saya untuk memenuhi standar TOEFL pencari beasiswa yaitu nilai diatas 550.

Saya sempat mengajukan beasiswa INPEX diakhir tahun 2010. Namun sayangnya, saya tidak lolos seleksi awal. Beasiswa ini lebih mengutamakan PNS (kalau saya tidak salah) atau mereka yang mendapatkan rekomendasi dari salah satu instansi pemerintah (saya lupa instansinya).  Setelah itu saya tidak mengetahui bahwa Panasonic sedang membuka beasiswa sehingga saya tidak apply untuk beaiswa tersebut. Barulah pada bulan mei 2011, saya mengajukan beasiwa MEXT(mombukagakusho) yang merupakan beasiswa dari pemerintah Jepang. Itulah mengapa kita harus berhasil mendapatkan rekomendasi dari kedutaan Jepang terlebih dahulu jika ingin mendapatkan beasiswa tersebut.

Kisah bagaimana saya memperjuangkan beasiswa MEXT dan pengalaman pengalaman yang saya dapatkan selama mengikuti proses seleksi hingga berhasil mendapatkan rekomendasi dari kedutaan Jepang akan saya ceritakan di post selanjutnya. Semoga Allah bernenan memberikan manfaat dari setiap informasi yang diberikan. Amin.

Sangbintang

4 thoughts on “[Kisah] Sebuah keputusan besar –part 2: Sebuah harapan dari negeri sakura

  1. ini ana osis? SMAN 4 Bandung dulu ya?? te2h nyasar kesini he he…ini ainin angkatan 2001 yg lulus dr sma thn 2004 bareng sama teh shally(ini pasti tahu cz shally terkenal) …semoga lancar ya sampai keputusan final monbusho yang bakal menguras energi, hati, kesabaran tapi disitu lah kenikmatannya ^_^ ok te2h tunggu di jepang semoga bisa kopdar disana. Ainin-hiroshima university

  2. hihihi.. hallo teh ainin 😀 seneng deh teteh masih ingat saya. 😀
    Amin yah teh.. semoga masih bisa punya kesempatan untuk berkunjung ke Jepang. Amin

  3. Hallo niken, saat itu prof. Nozue sedang kunjungan ke ITB, dan saya ikut seminar beliau

Leave a comment